Reviewer: Fajar Yumanhadi Aripin, M.Pd., Akademisi dan Dosen Senior Ilmu Pendidikan, Menejemen Pendidikan dan Peneliti Pedagogical Learning Universitas Primagraha

Review: E-book “Membimbing dengan Hati: Mencetak Generasi Berprestasi” bukan sekadar buku pegangan guru biasa. Ia adalah cermin reflektif yang menggugah kesadaran mendalam bahwa mendidik bukan hanya tugas profesional, melainkan panggilan spiritual dan sosial. Ditulis dengan pendekatan integratif antara teori pendidikan modern dan nilai-nilai humanistik, buku ini menghadirkan satu narasi utuh tentang bagaimana menjadi pendidik yang membentuk masa depan, bukan sekadar mengajarkan masa lalu.

1. Pendekatan Teoritis yang Relevan dan Kontemporer
   Penulis menggabungkan berbagai teori psikologi pendidikan dan filsafat pengajaran dalam balutan bahasa yang mengalir. Misalnya, Self-Determination Theory dari Deci & Ryan (2000) digunakan untuk menjelaskan bagaimana guru dapat menumbuhkan otonomi, kompetensi, dan keterhubungan dalam diri siswa—nilai-nilai esensial dalam pembelajaran abad ke-21. Sementara itu, konsep Social Emotional Learning (SEL) yang dipopulerkan oleh CASEL menjadi jantung strategi mengajar dengan hati di era digital, di mana keterampilan sosial dan emosional siswa sama pentingnya dengan kecerdasan kognitif mereka.

 2. Keseimbangan Antara Refleksi dan Praktik

Keunggulan buku ini terletak pada keseimbangan antara kedalaman refleksi dan panduan praktis. Setiap bab disertai checklist perilaku guru berempati, indikator keterlibatan siswa, hingga template jurnal refleksi harian dan mingguan. Dengan begitu, guru tidak hanya diajak merenung tetapi juga bertindak—sebuah langkah penting untuk membumikan nilai-nilai luhur ke dalam rutinitas kelas.

 3. Respons terhadap Tantangan Digital dan Sosial

Di tengah gempuran tantangan era digital—dari distraksi gadget hingga isolasi emosional—buku ini memberi panduan praktis dan solutif. Dengan memanfaatkan hasil riset dari Harvard’s Project Zero dan jurnal-jurnal seperti Teaching and Teacher Education (Elsevier), penulis menjelaskan bagaimana teknologi tidak harus menjadi musuh, tetapi alat untuk membangun keterlibatan, empati, dan rasa aman siswa.

4. Studi Kasus dan Narasi Kehidupan Nyata

E-book ini tidak melulu teoretis. Ia mengangkat studi kasus pengajaran digital yang sukses, menggambarkan kisah-kisah guru yang mampu menjembatani jarak emosional melalui layar, dan membentuk koneksi yang tulus dengan siswanya. Elemen naratif ini menjadi penguat bahwa mengajar dengan hati bukan utopia, melainkan realita yang bisa diwujudkan.

 5. Panggilan Moral dan Spiritualitas Profesi Guru

Sebagai penutup, buku ini tidak hanya mengajarkan bagaimana menjadi guru yang baik, tetapi juga mengingatkan pentingnya menjadi manusia yang utuh. Referensi dari Parker J. Palmer (The Courage to Teach), bell hooks (Teaching to Transgress), dan tokoh pendidikan Islam kontemporer seperti Syed Naquib al-Attas memperkaya dimensi filosofis dan spiritual dalam karya ini.

Kesimpulan Review

E-book ini adalah sebuah love letter kepada profesi guru. Ditulis dengan empati, dilandasi teori yang kuat, dan sarat pengalaman nyata, “Mengajar dengan Hati” tidak hanya mendorong perubahan dalam cara kita mengajar, tetapi juga cara kita memandang makna mendidik. Bacaan ini sangat direkomendasikan untuk guru, kepala sekolah, mahasiswa pendidikan, dan siapa pun yang percaya bahwa pendidikan dimulai dari hati—dan berakhir pada perubahan hidup yang nyata.